Minggu, 09 Januari 2011

kisahku

Kalian masih ingat kisah Ariel, putri duyung dalam dongeng yang rela menukar suaranya demi sepasang kaki hanya untuk berjalan berdua dengan pangeran pujannya? Bagaimana akhir kisahnya? Bahagiia, sedih?

Aku punya kisahku sendiri. Kisahku bukan dongeng, bukan juga kisah manis penghantar tidur malam untuk putri putri kecil dalam dekapan lembut orang tua mereka. Kisahku, punya jalannya sendiri...

“Jangan jatuh cinta sama aku. Aku bukan perempuan baik baik yang layak kamu cintai...” aku masih ingat, aku menyakiti hatiku sendiri untuk menjauhkannya dariku.
“Kenapa? Kamu bohong kan?! Aku tahu kok kamu bukan perempuan kaya gitu. Aku bisa rasain gimana kamu sebenernya. Kamu tuh beda sama cewek cewek lain diluar sana. Kamu tuh nggak sama! Aku tahu kok...” dengan mata berbinar binar dan semangat kanak kanaknya, dia memintaku memilikinya. Menyimpan hatinya, menjaga senyumnya, menghitung tawanya, juga derai air matanya seperti menghitung hujan yang jatuh di teras rumahku. Satu. Satu. satu... perih. Dingin. beku...
Hujan dan air mata selalu berirama.
Lama. Lama. Lama dia bersamaku.
Lama. Lama. Lama. Kami mabuk waktu.

“Yank, mamaku nggak ngijini aku sama kamu...” Dia bergumam pelan dalam pelukanku. Air matanya leleh, sementara hatiku beku. Kata katanya yang berhamburan terpenjara nafasku yang memburu. Aku tahu suatu saat ini akan jadi waktuku.
Aku merasa dunia hancur didepanku.

Dia masih mengumbar kata katanya di telingaku. Telingaku bising. Mulutku bisu. Aku tak mendengar. Aku tak mau mendengar. Aku tak mampu mendengar.

“Aku sayang sama kamu...” aku menemukan diriku sendiri terdampar di pelukannya. “Aku bakal jagain kamu sampai kapanpun itu...”
“Iya. Aku juga sayang sama kamu.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar